Suara Joglo - Hubungan Amerika dan China kembali memanas baru-baru ini gara-gara balon udara. Tapi ini bukan sembarang balon udara. Ini ada balon udara mata-mata.
Balon udara ini terbang di atas wilayah Amerika Serikat, sebelum akhirnya ditembak jatuh oleh pesawat militer. Amerika pun menuduh China memata-matai negaranya.
Mereka mencurigai kalau China sedang mencoba memprovokasi dengan melakukan perang udara dan siber. Gara-gara insiden ini pula Menteri Luar Negeri Antony Blinken mendadak menunda jadwal kunjungannya ke Beijing hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Namun belakangan, Beijing menyatakan kalau balon itu digunakan untuk penelitian cuaca sipil. Tapi militer China tidak memberitahu Kementerian Luar Negeri mereka mengenai masuknya pesawat itu ke wilayah udara AS.
Baca Juga:Posisi Mematikan! Emak-emak di Penjaringan Tewas Ditembak di Dada Kiri, Pelakunya Siapa?
Peristiwa ini juga membuat Presiden Xi Jinping menyerukan adanya peningkatan komunikasi di antara pihak terkait, kata sumber di China menjelaskan insiden itu.
Balon pengintai tersebut dikembangkan oleh unit penelitian teknologi luar angkasa di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China yang berafiliasi dengan pemerintah.
Balon dirancang untuk digunakan baik untuk keperluan militer maupun sipil, tetapi unit tersebut secara efektif dipimpin oleh militer, kata sumber tersebut.
Unit itu juga menerbangkan balon mata-mata ke seluruh dunia, termasuk wilayah udara di atas Selat Taiwan dan Laut China Selatan, menurut sumber itu.
Di China, banyak teknologi terkait ruang angkasa dibangun dan dioperasikan bersama oleh sektor militer dan sipil, tetapi bagaimana tepatnya teknologi itu digunakan masih belum jelas.
Baca Juga:Dewi Perssik 'Gerah' karena Perilaku Rian Ibram saat Dirinya Dilamar Pilot
Pada 2 Februari, AS mengungkapkan bahwa mereka sedang melacak apa yang diyakini balon pengintai dengan kemampuan terbang tinggi China yang terbang selama beberapa hari di wilayah udara mereka.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada Jumat malam lalu bahwa mereka sedang ‘mengumpulkan dan memeriksa fakta’ tetapi menegaskan beberapa jam kemudian bahwa balon tersebut adalah pesawat observasi cuaca yang secara tidak sengaja memasuki wilayah udara AS, dan menunjukkan penyesalan atas insiden itu.
Kepemimpinan China dikejutkan oleh keseriusan perkembangan yang tidak terduga atas insiden tersebut dan sejak itu mengharuskan operator balon mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Xi secara pribadi.
Sumber itu juga mengatakan bahwa persetujuan dibutuhkan dalam situasi di mana sebuah kapal udara kemungkinan memasuki wilayah udara negara atau wilayah lain di waktu berlangsungnya acara penting dalam jadwal diplomatik.
Selain menjadi pemimpin Partai Komunis China yang berkuasa, Xi juga menjadi kepala Komisi Militer Pusat yang mengawasi Tentara Pembebasan Rakyat.